Desa Sewa Nagaro Di Lembah Ayia
Nagoro, juga dikenal sebagai Nagoro Doll Village, adalah desa yang unik dan menakutkan yang terletak di Lembah Iya di pulau Shikoku di Prefektur klik disini Tokushima, Jepang. Desa kecil ini telah mendapatkan perhatian internasional karena penghuninya yang tidak biasa-boneka seukuran usia yang melebihi jumlah penduduk manusia. Desa ini terletak di Rute 439, daerah pegunungan terpencil yang menambah mistik dan pesona.
Kisah transformasi Nagoro menjadi desa boneka dimulai pada awal 2000 -an ketika Tsukimi Ayano, seorang mantan penduduk, kembali ke Nagoro untuk merawat ayahnya yang sudah tua. Dihadapkan dengan kesepian dan populasi yang semakin menipis, Ayano memutuskan untuk membuat boneka dalam rupa ayahnya dan menempatkannya di lapangan. Tindakan ini memicu perjalanan kreatif yang membuatnya membuat lebih dari 400 boneka, dengan sekitar 350 saat ini tinggal di desa. Boneka -boneka ini bukan hanya kreasi acak; Banyak yang mirip dengan mantan penduduk, sementara yang lain diciptakan karakter yang menambah suasana surealis desa.
Boneka ditempatkan secara strategis di seluruh Nagoro, meniru kegiatan dan interaksi sehari -hari. Pengunjung dapat menemukan boneka memancing di sungai, duduk di dasar tiang telepon, menunggu di tempat penampungan bus, dan bahkan melakukan pekerjaan jalan. Sekolah desa, yang ditutup pada 2012, sekarang dipenuhi dengan boneka, termasuk potret diri yang dibuat oleh dua siswa terakhir yang belajar di sana. Boneka -boneka ini mengenakan pakaian siswa sendiri, menciptakan pengingat pedih dari masa lalu desa.
Transformasi Nagoro menjadi desa boneka telah mengubahnya menjadi objek wisata, menarik pengunjung dari seluruh dunia yang tertarik dengan pesona yang menghantui dan unik. Boneka -boneka itu, terbuat dari jerami dan mengenakan pakaian tua, ditempatkan di lokasi yang menyerupai kegiatan mantan penduduk, menciptakan rasa kesinambungan dan melestarikan sejarah desa. Terlepas dari suasana yang menakutkan, orang -orang Nagoro tampaknya menghargai boneka -boneka itu, karena mereka mewakili populasi yang menghilang dan kenangan orang -orang yang pernah tinggal di sana.
Penurunan populasi desa adalah cerminan dari tren yang lebih luas di Jepang, di mana daerah pedesaan mengalami depopulasi ketika kaum muda pindah ke kota untuk peluang kerja yang lebih baik. Nagoro, yang pernah memiliki sekitar 300 penduduk, sekarang hanya memiliki 27 pada September 2019. Bendungan Nagoro di dekatnya, selesai pada tahun 1961, digunakan untuk pembangkit listrik tenaga air, tetapi belum dapat membalikkan penurunan desa.
Kisah Nagoro adalah bukti ketahanan dan kreativitas penghuninya, khususnya Tsukimi Ayano, yang telah menemukan cara untuk menjaga semangat desa tetap hidup melalui boneka -bonekanya. Desa ini berfungsi sebagai pengingat pedih tentang tantangan yang dihadapi oleh komunitas pedesaan di Jepang dan pentingnya melestarikan warisan budaya dalam menghadapi perubahan. Bagi mereka yang mengunjungi Nagoro, ia menawarkan pengalaman yang unik dan tak terlupakan, seni memadukan seni, sejarah, dan sentuhan surealis.