Jakarta — Ada beberapa bahan yang sejatinya bisa dipakai sebagai Bahan Bakar Minyak (BBM), misalnya biodiesel dari minyak kelapa sawit (CPO) dan bioetanol dari singkong atau tebu.
Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) mendukung pengurangan ketergantungan terhadap BBM, sehingga beban subsidi bisa dipakai untuk pembangunan yang adil dan lebih memakmurkan rakyat dengan merekomendasikan pemakaian sumber energi alternatif.
Energi alternatif yang dimaksud Ristek adalah memaksimalkan sumber EBT, seperti panas bumi, tenaga air, biomas/biofuel, solar, energi laut, dan angin sebagai pengganti minyak untuk tenaga listrik, industri, dan rumah tangga.
Selain itu, bisa juga menggunakan batu bara untuk penyeimbang ketahanan energi dan biaya dengan meminimalkan bahaya emisi gas buang melalui teknologi clean coal. Energi nuklir untuk listrik digunakan untuk keamanan pasokan dan penyeimbang emisi, dengan pertimbangan mengutamakan faktor keselamatan dan keamanan.
Semua sumber energi tersebut tersedia di bumi negeri ini. Jadi warjar, jika Menteri Ristek Prof Gusti Muhammad Hatta pernah mengatakan bahwa subsidi BBM mau tidak mau harus dikurangi.
“Harganya terus meningkat, sementara pemakaian juga melonjak seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan industri. Indonesia bisa bangkrut hanya karena membeli BBM,” katanya, melalui situs Ristek yang dikutip CNN Indonesia, Jumat (29/8).
Untuk Indonesia, diperkirakan sekitar 22 tahun lagi sumber BBM akan habis, kecuali ada sumur baru. Oleh karena itu, sudah saatnya paradigma kebijakan energi harus diubah dari dominasi BBM ke bahan bakar nabati (BBN).
Selain terjamin kelestariannya, BBN juga lebih ramah lingkungan, “Kenapa tidak menggarap energi yang bisa diperbarui, misalnya biodiesel dari minyak kelapa sawit (CPO) dan bioetanol dari singkong atau tebu. Sumber energi ini terjamin keberlanjutannya,” ujar Gusti.
Secara umum sumber energi dikategorikan menjadi tiga kelompok, sumber energi fosil, seperti BBM, gas, bumi, dan batubara. Lalu, sumber energi baru, seperti batubara tercairkan, gas metana batubara, batubara tergaskan, nuklir, dan hidrogen. Kemudian ada sumber energi terbarukan yang terdiri dari panas bumi, aliran dan terjunan air (hidro), bioenergi, sinar matahari, angin, gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut.
Pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia saat ini didominasi energi fosil. Minyak merupakan penyedia porsi terbesar disusul batubara dan gas, sedangkan sumber EBT masih relative minim. Mengacu pada posisi dunia dalam bidang energi, ketersediaan BBM semakin kritis. Di Indonesia juga tidak jauh berbeda. Sumber energi gas diperkirakan bertahan 42 tahun lagi dan batubara memiliki cadangan sekitar 224 tahun.
Pada 2010 konsumsi energi masih didominasi sumber energi fosil (95,2%) dan sumber EBT hanya 4,8%. Sumber energi fosil yang dimaksud terdiri dari 46,3% minyak bumi, 26,4 batubara, 21,9% gas bumi. Pemakaian energi rata-rata diperuntukkan terhadap transportasi 40,6%, industri 44,2%, komersial 3,7%, rumah tangga 11,4%.
Di sisi lain, sumber daya energi, khususnya minyak bumi dan gas relatif sedikit ketersediaannya. Minyak bumi dengan kapasitas sumber daya 56,6 miliar barel dan cadangan terbukti hanya 7,99% miliar barel pada beberapa tahun lalu yang diproduksi per tahun 0,36 miliar barel sehingga hanya bertahan selama 22 tahun lagi.
+ There are no comments
Add yours