wikipedia
Los Angeles, 02 Desember 2024 – Polarisasi politik di Amerika Serikat ternyata juga berdampak pada industri film. “The Order,” film yang dibintangi Jude Law dan mengangkat isu rasial yang masih relevan hingga kini, kesulitan menemukan distributor yang berani mengambil risiko. Ketakutan akan reaksi penonton yang terpecah belah membuat banyak pihak enggan mendistribusikan film ini
“Ketika kami hendak menjual film tersebut (sebelum peluncurannya di Venesia), ada beberapa distributor yang tampak khawatir bahwa pokok bahasanny akan memecah belah dari sudut pandang Negara Merah/Negara Biru-merujuk pada Partai Demokrat dan Partai Republik-,” ujar Stuart Ford, produser “The Order” saat menghadiri Festival Film Marakesh di Maroko dimana film tersebut tayang sebagai pembuka, Sabtu kemarin (30/11)
“Tidak diragukan lagi bahwa ‘The Order’ sesuai dengan semangat Trump. Sayangnya, relevansi film ini berbicara sendiri,” tambahnya, sembari mengungkapkan jika mereka sempat berdebat apakah film tersebut rilis sebelum atau sesudah pemilu
Berdasarkan kisah nyata, “The Order” yang berlatar belakang tahun ’80 an mengisahkan seorang agen FBI bernama Terry Husk (Jude Law), yang ditugaskan untuk menyelidiki serangkaian kejahatan brutal, mulai perampokan hingga pencurian mobil lapis baja, dimana dirinya menemukan pola tidak biasa di balik smeua kejadian tersebut
Husk kemudian mencurigai bahwa semua kejahatan itu merupakan bagian dari rencana besar sebuah kelompok supremasi kulit putih radikal yang dipimpin oleh seorang sosok karismatik bernama Bob Mathews. Penyelidikan yang mendalam, membuat Husk menemukan fakta yang membahayakan, dimana dirinya harus berhadapan dengan kelompok ekstremis yang memiliki tujuan politik yang mengancam keamanan nasional
Vertical selaku distributor “The Order” untuk pasar AS akan merilisnya di 600-700 bioskop di AS mulai 6 Desember. Sementara Amazon sebegai ditributor global akan menayangkannya di Inggris pada 27 Desember
sumber: Variety